Mengenal Teknologi Listrik Mikro Hidro
Tarmizi, ST, seorang ahli listrik Mikro Hidro, Selasa (27/5) menerangkan bahwa PLTMH adalah teknologi yang berbiaya murah. “Karena biaya investasi untuk membangun PLTMH hanya Rp.25 juta-35 juta per KWh. Tetapi ini tergantung juga dengan kondisi lokasi” katanya menjelaskan. Listrik yang dihasilkan bisa menerangi desa selama 24 jam dalam keadaan normal.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) ini terletak di Desa Kr Kala yang didiami 107 KK. PLTMH Lhoong merupakan bantuan dari PT Coca Cola Indonesia tahun 2005, pasca tsunami. Kapasitas yang terpasang pada mesin adalah 40 KW, sedangkan daya yang dihasilkan adalah 23 KW, dapat mengaliri 3 desa sekitar. Masyarakat tidak perlu takut dikenakan biaya listrik yang selangit karena tarif yang diberlakukan adalah tarif flat atau sesuai Amper yang mereka gunakan. Bagi yang menggunakan listrik 2 amper dikenakan biaya Rp.60 ribu/bulan, untuk yang memakai 1 amper membayar Rp.30 ribu/bulan, sedangkan bagi yang cuma menggunakan A½ amper cuma dikenakan biaya Rp.15 ribu/bulan. Cukup murah bukan!
Dari iuran yang dikumpulkan, tiap bulan diperoleh duit Rp.5,5 juta/bulan. Sebanyak Rp. 4 juta/bulan digunakan untuk biaya operasi (perawatan mesin, gaji operator) sedangkan sisany sebesar Rp.1,5 juta dijadikan uang kas. Jika terjadi kerusakan besar sewaktu-waktu maka uang kas digunakan untuk membayarnya. Selama 3 tahun berdiri tidak ada kerusakan berarti, hanya kerusakan tali kipas dan Circuit Breaker (CB).
Pengelolaan PLTMH Lhoong cukup sederhana. Tiga orang masyarakat setempat dipercayakan untuk mengatur pembangkit ini. Seorang ketua, Pak Armansyah, Sekretaris Zaifullah dan dibantu oleh seorang operator Saifulah. Ketiganya bahu membahu demi terangnya Kemukiman Lhoong.
Kondisi alam atau hutan sekitar sangat berpengaruh bagi kelangsungan pembangkit PLTMH. Masyarakat sekitar sangat sadar pentingnya menjaga kelestarian hutan sebagai sumber air. Dengan sendirinya mereka menerapkan aturan yang ketat untuk menebang kayu di hutan. Saat ini selama 30 hari antara Agustus-September pembangkit tidak beroperasi karena debit air tidak mencukupi.
Masyarakat Lhoong telah menikmati energi hijau. Sebuah energi alternatif yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Selayaknya seluruh desa di Aceh yang memiliki potensi listrik mikro hidro membangun PLTMH. Biaya murah, teknologinya pun sederhana. Tidak perlu menjadi Insinyur, desa kr. Kala sudah membuktikannya.
ref:http://www.wikimu.com/Member/profileMember.aspx?id=726
Warga Cinta Mekar Nikmati Teknologi Mikrohidro
Selain artikel diatas, ada juka kabar serupa yang berada di wilayah Jawa barat. Sebagian warga di Desa Cinta Mekar, Subang, Jawa Barat, tak ikut khawatir terhadap rencana pemerintah menaikkan tarif dasar listrik (TDL), Juni ini. Sekitar 60 warga desa sudah merasakan manfaat teknologi mikrohidro. Lamanya enam tahun dan dinikmati secara gratis. Teknologi berupa turbin yang bisa menggerakkan air dan mengubahnya menjadi energi listrik.
Teknologi ini diciptakan Tri Mumpuni bersama sang suami, Iskandar Kuntoadji. Keduanya rajin membagikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat. Mereka yakin pengetahuan ini mudah diserap karena mudah dipelajari. Inovasi tanpa sepeser pun bantuan dari pemerintah ini sudah dikenal hingga ke mancanegara.
Baik Tri dan Iskandar berharap, sedikit buah karya mereka dapat memacu banyak pihak untuk terus memerangi kemiskinan. Termasuk keterbelakangan di Tanah Air.(AIS)